Rabu, 07 Mei 2025. Pukul 12 : 36 WIB
Delapan lansia. Satu profesi : pemulung. Di tengah tumpukan sampah, mereka tak pernah membuang harapan.

Di sudut kota Bekasi, Bantargebang – tempat yang lebih dikenal karena gunungan sampah . Ada kisah hidup delapan lansia yang luar biasa. Di usia senja, saat seharusnya menikmati masa tenang, mereka justru harus bertahan hidup dari hasil memulung.
Yayasan Amal Peduli Nusantara hadir membawa kepedulian dan bantuan: bantuan sembako untuk delapan pejuang kehidupan ini. Bukan hanya sekadar bantuan sembako, tapi juga bukti bahwa mereka tak sendirian.
Sumiyati : Di Tengah Kesepian, Ia berjuang sendirian


Seorang diri, Sumiyati melewati hari-hari dengan memulung. Tak ada keluarga, tak ada teman berbagi cerita. Tapi ada harapan yang baru karena merasa dipedulikan.
Risem & Rastiyem : Dua Ibu, yang berjuang untuk anaknya


Mereka masih punya satu alasan kuat untuk bertahan: anak. Meski hidup bersama seorang anak, kebutuhan sehari-hari tetap harus mereka cari di jalanan
Darwen : Memiliki masalah pendengaran, tapi tidak menyerah dengan keadaan


Walaupun punya masalah pendengaran, Ibu Darwen tetap memulung bersama sang suami. Mereka berbagi beban dan keyakinan bahwa rezeki akan selalu ada, sekecil apa pun itu.
Samudi & Ripan : Hidup sebatang kara, dalam keadaan seadanya


Ditinggal istri dan hidup terpisah dari anak, Samudi dan Ripan sering merasa sendirian. Tapi mereka tidak pernah kehilangan semangat untuk bertahan.
Tarlan & Kardi : Hidup bersama istri, dan bertahan dengan situasi


Dua lansia yang masih hidup bersama istrinya, Kardi dan Tarlan tetap mencari rezeki dari memulung. Mereka, hanya berharap agar bisa terus hidup bersama istrinya, sehat, dan masih bisa makan.
Yayasan Amal Peduli Nusantara hanya menjadi jembatan. Bantuan dan kepedulian Anda-lah yang menyentuh hidup mereka. Bantuan sembako ini mungkin sederhana, tapi bagi mereka, ini adalah bukti peduli yang nyata.