Bantu 8 Lansia Pejuang Hidup di Bantargebang Bekasi, Amal peduli Nusantara membawa paket sembako
Kamis, 15 Mei 2025. Pukul 18 : 36 WIB
“Di antara tumpukan sampah, mereka tetap berdiri tegak. Bukan karena tak lelah, tapi karena tak ada pilihan lain.”
Suasana haru ada di sudut Bantargebang ketika Yayasan Amal Peduli Nusantara menyerahkan bantuan sembako kepada 8 lansia tegar, yang sehari-hari harus bertahan hidup dari memulung di sekitar tempat pembuangan akhir sampah di bekasi.
Para penerima bantuan ini adalah saksi kerasnya hidup, namun tetap memilih untuk bertahan—dengan tubuh yang renta, penyakit yang menggerogoti, dan keterbatasan ekonomi yang memaksa.
Inilah kisah mereka:
Runtah (65 tahun) hidup bersama cucunya yang telah yatim piatu. Dengan penglihatan yang mulai kabur, ia tetap memulung demi menyambung hidup.
Karnawi (56 tahun) tinggal sendirian di gubuk reyot dekat tumpukan sampah. Sepi, tua, dan tetap berjuang sendiri.
Masurip (78 tahun) dan Koji (64 tahun), dua lansia tangguh yang hidup sebatang kara, menggantungkan hari-harinya dari hasil memulung.
Siti (57 tahun) tinggal bersama suami dan tetap memulung meski nyeri sendi membuat langkahnya tersendat setiap hari.
Uwat (53 tahun) mengurus dua anak dan seorang cucu seorang diri setelah suaminya tiada, sambil tetap mengais rejeki dari sampah.
Rasda (60 tahun) berjalan membungkuk memulung plastik sambil menahan nyeri di pinggang yang semakin rapuh.
Iyom (63 tahun) harus menahan nyeri sendi setiap hari, tak bisa terlalu lelah, tapi tetap turun memulung karena tak ada sumber penghasilan lain.
Melalui bantuan ini, Yayasan Amal Peduli Nusantara ingin menunjukkan bahwa di tengah keterbatasan, harapan masih bisa hadir. Setiap paket sembako yang disalurkan bukan hanya soal makanan, tetapi pesan bahwa mereka tidak dilupakan.
Bantuan ini merupakan bagian dari program rutin yayasan dalam menyentuh mereka yang hidup di garis bawah kemiskinan. Diharapkan, semakin banyak pihak yang tergerak untuk membantu dan menyebarkan kepedulian.