Banjir Bandang Rendam Sembilan Desa di Kabupaten Bandung, Ratusan Warga Terpaksa Mengungsi

Senin, 17 Maret 2025. Pukul 12 : 29 WIB

(Dikutip dari situs Detik.com)

Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Bandung menyebabkan lima sungai utama di wilayah tersebut meluap. Sungai-sungai yang meluap adalah: Sungai Citarum, Sungai Cikapundung, Sungai Cigede, Sungai Cipalasari, Sungai Citarik pada hari Sabtu(15/03/2025).

Akibat dari meluapnya sungai-sungai ini, banjir merendam sembilan desa yang tersebar di empat kecamatan di Kabupaten Bandung, yakni: Kecamatan Bojongsoang, Desa Bojongsoang, Desa Lengkong, Desa Bojongsari. Kecamatan Dayeuhkolot, Desa Dayeuhkolot, Desa Ciiteureup, Desa Cangkuang Wetan. Kecamatan Rancaekek, Desa Nanjung Mekar, Desa Cangkuang. Kecamatan Margaasih, Desa Margaasih

Banjir menyebabkan sekitar 237 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 551 warga terpaksa mengungsi ke beberapa tempat yang aman, seperti shelter yang disediakan oleh Palang Merah Indonesia (PMI), masjid, serta rumah warga yang lebih tinggi. Banjir ini menggenangi rumah-rumah penduduk dengan ketinggian air yang bervariasi, mulai dari 10 sentimeter hingga 120 sentimeter.

Selain itu, 361 rumah warga juga terendam banjir, dan tiga titik akses jalan mengalami genangan yang cukup parah, mengganggu mobilitas warga di daerah terdampak.

Banjir mulai surut, namun warga diminta untuk tetap waspada terhadap potensi banjir susulan, mengingat cuaca yang masih belum stabil dan hujan deras yang mungkin turun kembali. Pihak berwenang dan petugas terkait terus melakukan pemantauan dan penanganan untuk membantu korban banjir serta mencegah kerusakan lebih lanjut.

Banjir ini terjadi akibat curah hujan yang sangat tinggi dalam waktu singkat, yang menyebabkan debit air di lima sungai utama tersebut meningkat drastis dan meluap ke pemukiman warga. Hujan deras yang mengguyur daerah hulu sungai turut memperparah kondisi, menyebabkan aliran sungai tidak mampu menampung volume air yang sangat besar.

Dalam beberapa laporan, bencana ini juga dikaitkan dengan faktor buruknya sistem drainase dan pengelolaan aliran sungai di beberapa titik, yang memungkinkan air meluap lebih mudah ke kawasan permukiman.